Rabu, 29 Juli 2009

Tafsir Al-Quran


Isyarat Ilmiah al-Quran menjadi perdebatan serius para peminat studi al-Quran. Ini disebabkan oleh eksesnya yang menyentuh hal paling sensitif dan kontroversial. Apakah ’kebenaran al-Quran’ yang bersifat absolut akan tereduksi oleh kebenaran ilmiah yang bersifat relatif?.

Tafsir Jawâhir yang bercorak ilmiah dan sudah menjadi klasik itu, pernah mendapat komentar sinis. ’Semuanya ilmu pengetahuan ada dalam Tafsîr Jawâhir kecuali tafsir itu sendiri’. Karya Tafsir ini memang dipenuhi oleh kosakata dan gambar ilmu pengetahuan. Pengarangnya seakan terobsesi dengan terminologi tentang kesesuain al-Quran dengan ruang dan waktu.

Usaha menangkap isyarat ilmiah al-Quran kerap beresiko menggelincirkan status al-Quran sebagai sebuah buku ilmu pengetahuan. Seolah semua yang akan ditemukan dalam ilmu pengetahuan sudah termuat dalam al-Quran. Padahal ’kebenaran al-quran’ hanya pemberi sinyal dalam pencarian kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri.

M. Quraish Shihab, pernah mengintrupsi karya monumental Agus S. Djamil yang berjudul ’Al-Quran dan Lautan’, 2005, Arasy Mizan Bandung. Waktu bedah bukunya, 14 Februari 2005 di Pusat Studi Al-Quran (PSQ), ia berusaha menjernihkan ’pararelitas’ ayat al-Quran dengan temuan ilmiahnya tentang lautan yang diyakini oleh penulis buku itu. Bagi pakar tafsir ini, tafsiran ayat jangan sampai menggiring status al-Quran pada kitab ilmu pengetahuan.

Nah, buku ini berangkat dari tesis tentang era Renaisans di Barat, yang bisa dikatakan bahwa sains telah menaklukkan agama. Agama di Barat memang masih diakui keberadaaannya, tetapi posisinya terus terpinggirkan dari ranah ilmu pengetahuan, hanya bersemayam di ranah misteri wahyu.

Al-Quran telah menambahkan dimensi-dimensi baru dalam studi mengenai fenomena alam, bahkan membantu manusia untuk melampaui batasan-batasan alam materi (h. 21). Dunia materi adalah dipenuhi oleh kosakata keagungan Allah swt, yang pada gilirannya akan menyingkap berbagai misteri.

Dengan menelusuri dunia materi, manusia bisa menyaksikan jejak Tuhan. Ilmu pengetahuan dapat melakukan observasi/eksperimentasi sehingga bisa menemukan hukum-hukum alam (sunnatullah). Bisa menggapai Sang Pencipta sebagai realitas intelektual yang Agung, karena titik-titik misteri yang terdapat dalam dunia materi.

Bagi Afzalurrahman, Islam tidak mempertentangkan wahyu dan ilmu pengetahuan. Keduanya diyakini sebagai dua aspek dari kebenaran yang sama. Pada satu sisi wahyu Al-Quran mengajak pembacanya untuk meneliti alam dan mengembangkan ilmu pengetahuan: ”Apakah mereka tidak memerhatikan bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, gunung ditegakkan, bumi dihamparkan?” Sementar pada sisi lain, temuan-temuan mutakhir ilmu pengetahuan sebagai proses pencarian kebenaran yang diisyaratkan oleh ’kebenaran Al-Quran’.

Dengan mudah dapat ditemukan istilah-istilah ilmu pengetahuan yang coba diterangkan dalam perspektif penafsiran al-Quran. Setidaknya bidang astronomi, politik, psikologi, matematika, ekonomi, kimia, arsitektur, sosiologi, kedokteran, sejarah, antropologi, geologi, biologi, arkeologi, dan pertanian dibahas secara memadai.

Buku ini mengajak anda untuk mengeksplorasi isyarat-isyarat sains yang bertaburan di dalam Al-Quran. Inilah safari zikir dan pikir menjelajahi ilmu-ilmu yang wajib dibaca oleh setiap pengkaji Al-Quran dan ilmu pengetahuan. (MSadili)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Skull Belt Buckles